Kamis, 09 Juni 2011 di 18.24 |  

DR. MR. T.H. MOEHAMMAD HASAN
Salah Seorang Pendiri Republik Indonesia dan Pemimpin Bangsa
 (chiritikal book review)
Memasuki lima puluh tahun Indoneia merdeka, masyarakat Indoneia kini berada dalam alam kebebasan. Kebebasan yang dilandasi nilai-nilai pembangunan menjadi hakekat hidup yang di harapkan.
Namun kebebasan dan kemerdekaan yang telah diraih dan dinikmati tidak lepas dari jasa para pahlawan bangsa. Mereka telah menjadi pilar dalam menegakkan kebebasan dan kemerdekaan itu.
Salah satu pilar kemerdekaan adalah Dr. Mr. T. Moehammad Hasan. Ia satu-satunya tokoh co-proklamattor dalam PPKI dan penyelamat negara dengan PDRI-nya yang masih hidup yang turut menetukan arah perjalanan bangsa.
Pengorbanan T. Moehammad Hasan tidaklah disia-siakan. Gayung bersambut. Putra-ptri Indonesia terus mengisi kemerdekaan dalam alam pembangunan sebagai mana yang diharapkan.
Keakraban dengan masalah-masalah sosial politik bangsa pada masa perjuangan menyebabkan T. Moehammad Hasan punya prinsip yang tegas, keras tapi bijaksana terhadap permasalahan tersebut. Priinsip yang dipakai adalah ikan dalam air, artinya prinsip keakraban antara T. Moehammad Hasan dengan masalah sosial politik tidak dapat dipisahkan. Ia merupakan satu kesatuan yang yang utuh dan tertinggi.
Kepribadian yang kental dengan muatan kereligiusan dan kepedulian soialmerupakan kepriibadian yang sulit ditemukan masa kini. Ketika ia menjabat segai Wakil Ketua pada masa Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI), ia berjuang tanpa pamrih.
Eksistensi PDRI secara defacto dan dejure patut di akui. Keberadaan PDRI (pemerintahan Darurat Republik indonesia) merupakan tonggak sejarah dalam perjalanan hidup negara, rakyat dan bangsa indonesia, karena sebagai yang kita kenal dengan Kabinet mobil (Kabinet Perang) yang suka berpindah-pindah tempat karena keadaan pada waktu itu sangat gawat, maka karena itu, PDRI adalah penyelamat republik  Indonesia dalam masa-masa yang sangt sulit dan gentingdalam menentuukan nasib bangsa Indonesia, kiranya perlu kita cattat dalam tinta emas , bahwa petistiwa yang seperti demikian itu hendaklah kita kenang disamping peristiwa-peristiwa lain yang penting, itulah perjuangan-perjuangan oleh pahlawan-pahlawan kemerdekaan kita, baik yang sudah tiada maupun yang masih hidup, betapa besar jasa-jasanya yang tidak bbisa kita nilai dengan uang dan materi, dan mereka berjuang demi bangsanya, dem negara, demi rakyatnya, yang penuh ketulusan tanpa pamrih.
Akan tetapi penghargaan bukanlah motivasi absolut bagi pribadi T. Moehammad Hasan. Ia berjuang dengan tulus dan iklas. Pengorbanan harta, status sosial dan nyawa nyaris melayang karena persembahan untuk perjuangan bangsa dan aggamanya.
Dr. Mr. T.h. Moehammad Hasan mempumyai peranan yang penting dalam pergerakan kemerdekaan Indonesia, mulai dari masa pendudukan Jepang, jasanya dalam Piagan Jakrta, kepemimpinan di Sumatera, KNI, dalam pendirian PDRI dan juga masalah Tambang Minyak Sumatera Utara.
Pada masa pendudukan jepang T. M Hasan berusaha untuk memperhatikan pendidikan di Sumatera, dimana pada waktu itu T. M Hasan yang sedang bersidang dengan pemimpin Jepang yang membahas tentang pertanian, T. M Hasan malah menanyakan mengapa di Sumatera tidak didirikan perguruan tinggi. Namun Jepang juga tidak mepedulikan hal tersebut.
Pada waktu terbentuknya Indonesia yang masih muda, T. Moehammad Hasan banyak memegang peranan dalam perjuangan PDRI. Pembentukan PDRI dimulai sejak 19 Desember 1948 DI Bukit tinggi. Pagi hati bukit tinggi di bom. Pagi itu juga Belanda mendarat di danau sinkarak. Daarri jawaa tidak ada laporan apa-apa. Pagii hari sekitar jam 10.00 ketua Komisaris Pemerintah pusat (T. Moehammad Hasan) mengadakan rapat. T. Moehammad Hasan mengundang para pejabat tinggi di Bukittinggi. Namun ketika rapat mukai berjlan 15 menit, pesawat-pesawat pembom Belanda melayang-layang di atas kita bukit tinggi, tempat rapat. Rapat pun tidak diteruskan. Dan masing-masing peserta rapat pulang ke tempatt masing-masing.
Setlah rapat gagal, sore hari datang Mr. Syafruddin Prawiranegara ke rumah T. Moehammad Hasan. Syafruddin pada waktu itu sedang berada di bukit tinggi. Ia dibawwa oleh Moh. Hatta (wakil Presiden). Hatta mungkin lupaa memberitahu situai tentang kondisi yogyakarta kepada T. Moehammad Hasan. Mungkin juga karena tergesa-gesa Hatta kembali ke Yogyakarta.
Mekipun  demikian syafruddin menjelaskan tentang situasi Yogyaakarta kepada T. Moehammad Hasan. Ia melaporkan bila masa kritis menimpa masa republik, maka erlu diambil langkah-langkah pembentukan pemerrintah darurat. Kedua tokoh ini saling berdiiskusi dan akhirnya atas petsetujuan kedua tokoh ini, diepakati ketua (ssyafruddin) dan wakil ketua (T. Moehammad Hasan) sebagai wakil ketua PDRI.
Meskipun Syafruddin ebagai ketua PDRI namun yyang ttau banyak tentang Sumattera adalah T. Moehammad Hasan melalui perintah T. Moehammad Hasan, para pejabat Sumatera dapat berkumpul pada malam hari jam 9 malam untuk bersamma berangkat ke Hallaban dekat Bukittinggi. Di Hallaban inilah diproklamirkan PDRI dan kabinetnya.
Dalam masa perjuangan mempertahankan PDRI, T. Moehammad Hasan dan rombongannya masuk dan keluuar kampung untuk memberikan penjelasan kepada penduduk tentang situasi politik di tanah air. Ia bersaama rombongan berjalan kaki dari satu tempat ke tempat lain. Selama dalam perjalanan para pejabat setempat (camat ataupun asisten wedana) menjamu rombongan T. Moehammad Hasan.
Selama berjuang,aparat PDRI tidak pernah diberi gaji. Perjuangannya merupakan perjuangan yang iklas dan tulus. Dan mereka pantang menyerah dan berjuang demi tegaknya kkeberadaan republik ini.
Namun perjuangan PDRI tidak begitu lama (hanya 7 bulan). Setelah berjuang dengan penuh pengorbanan akhirnya kekuasaan PDRI kembali diberikan kepada pemerintahan Soekarno-Hatta. Padda saat penyerahan mandat, T. Moehammad Hasan tidak ikut serta. Oleh karena ketika penyerahan mandat, rombongan T. Moehammad Hasan tertinggal. Kisahnya adalah ketika rombongan T. Moehammad Hasan di telepon untuk segera bergabung dengan rombongan ssyafruddin untuk mengembalikan mendat ke Yogyakarta, rombongan T. Moehammad Hasan dalam perjalanan dengan berjalan kaki sampai tempat yang disepakati bersama oleh kedua rombongan itu untuk bertemu, namun rombongan Syafruddin telah laama menunggu rombongan T. Moehammad Hasan. Akan tetapi tidak dapat disalahkan karena jarak yang jauh dan berjalan kaki akhirnya rombongan T. Moehammad Hasan tertinggal.
Ada makna PDRI yang menurut T. Moehammad Hasan perlu di simak yakni makna pengorbanan yang diberikan dengan tulus iklas tanpa pamrih. Semangat pengorbanan ini masih relevan untuk pembangunan bangsa.
Setelah proklamasi yamg susah payah dicapai, akhirnya Indonesia memproklamasikan kemerdekaaannya pada 17 Agustus 1945. Sehari setelah itu PPKI sebagai dewan yang mempersiapkan proklamasi, melanjutkan tugasnya dalam penyusunan UUD RI demu kelengkapan kelembagaan Negara. Dalam perumusan UUD terjadi perdebatan mengenai 7 kata dalam UUD yaitu “Dengan kewajiban menjalankan Syariah Islam bagi pemeluknya.”
Ketujuh kata dalam piagam Jakarta tersebut ingin diubah, karena dianggap sebagai pengotakan bagi daerah Indonesia Timur. Menurut analisa M. Hatta jika ketujuh kata tersebut tetap di muat dalam piagam Jakarta, maka ada kemungkinan Indonesia Timur tidak akan ikut bergabubg dalam RI, dimana mayoritas penduduknya yang beragama Kristen.
KI Bagus tetap bersikukuh untuk tetap mempertahankan ketujuh kata itu. Untuk menyelesaikian masalah tersebut maka M. Hatta mengundang 4 tokoh yamg diantaranya KI Bagus, Kyai Wahid Hasyim, Kusma Simodimejo, dan T. M Hasan. Dalam rapat tersebut T. M Hasan menjelaskan kepada KI Bagus, bahwa jika ketujuh kata tersebut tetap dipertahankan maka maka Indonesia Timur akan kembali mengadakan hunungan dengan Belanda. Setelah mendengar penjelasan dari T. M Hasan akhirnya KI Bagus setuju untuk menghilangkan ketujuh kata dalam piagam Jakarta.
Pada 22 Agustus 1945 T. M Hasan diangkat Soekarno sebagai wakil untuk seluruh wilayah Sumatera dan diberi kekuasaan penuh untuk melaksanakan segala keputusan PPKI. T. M Hasan mulai bergerak ke seluruh Sumatera untuk memberi penjelasan tentang kemerdekaan, mulai dari Palembang, Jambi, Bukit Tinggi, Medan, Tarutung dan Pematang Siantar. 29 Desember T. M Hasan diangkat sebagai Gubernur Sumatera dan diberi kuasa untuk mengangkat semua pegawai di seluruh Sumatera.
Tanggal 15, 16 dan 17 Oktober 1945 sidang KNIP dimulai yang diketuai oleh Kasman. Pada siding ini terjadi pertentangan, dimana Sukarni menolak Kasman sebagai ketua dalam KNIP, karena Kasman dianggap cacat dalam perjuangan. Hal ini terbukti dengan penculikan yang dilakukan terhadap Soekarno dan Hatta yang dikenal dengan peristiwa Rengas Dengklok. Kasman juga pernah membatu Jepang meluciti senjata PETAdan juga karena Kasman pernah bergabung dalam salah satu organisasi bentukan Jepang. Akhirnya Kasman digantikan Amir Syarifuddin sebagai ketua KNIP.
Dalam setiap sidang KNIP sering terjadi pertentangan. Dimana pada saat Soekarno mengusulkan pembentukan partai tunggal, maka Soekarno mendapat protes dari anggota sidang. Akhirnya soekano menyetujuan penbentukan lebih dari satu partai.
Menurut T. M Hasan sidang PKI tidak mempunyai pengaruh yang besar bagi daerah seperti Sumatera. Misalnya pada saat cabinet Syahrir, dimana terjadi pemberontakan PKI yang digawangi oleh Muso. Pada waktu itu presiden Soekarno memerintahkan kepada setiap daerah agar menumpas PKI. Namun hal tersebut tidak dilakukan T. M Hasan di Sumatera karena memang pergerakan PKI di Sumatera biasa-biasa saja. Menurutnya seandainya T. M Hasan melakukan pembersihan terhadap PKI di Sumatera maka akan terjadi pemberontakan besar di Sumatera.
Peran T. M Hasan juga besar dalam PDRI (Pemerintah Darurat Republik Indonesia). PDRI dibentuk pada 19 Desember 1948. Hal ini terjadi karena terjadinya Agresi Militer Belanda di Indonesia. Sebelum di tawan Presiden Soekarno sempat mengirim pesan kepada Syarifuddin Parwiranegara agar segera membentuk PDRI, yang pada saat itu Syarifuddin berada di Sumatera. Syarifuddin dan T. M Hasan mengadakan rapat di Bukit Tinggi. Namun baru sebentar rapat, pesawat Belanda telah mengancam mereka. Akhirnya rapat ditunda dan pada malam hari di Halaban.
Pada saat rapat di Halaban, maka resmilah PDRI berdiri bersama lembaga-lembaganya dengan Syarifuddin Parwira Negara sebagai ketuanya dan T. M Hasan sebagai wakilnya.
Denga berdirinya PDRI maka status RI masih ada dalam dunia masih ada. PDRI selalu berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain untuk menghindari adanya mata-mata Belanda. PDRI Sumatera dan PDRI Yogyakarta selalu melakukan pertukaran informasi melalui radio, sehingga selalu dapat mengetahui kondisi di Yogyakarta. Dari salah satu saluran radio T. M Hasan berpidato agar masyarakat Indonesia tetap berjuang sampai tetes darag penghabisan. Di luar negeri PDRI mendapat dukungan yakni dari Dr. Soedarsono dan Mr. Maramis di New Delhi. Setelah mendengar telah dibentuknya PDRI mereka lega. Da mereka berjuang di luar negeri denagn membawa masalah Indonesia ke furom PBB, dengan mengatakan bahwa RI masih ada walaupun presiden dan wakil presidennya di tawan Belanda.
Pada saat PDRI berpusat di Bidar Alam, mereka mendapat telegram dari colonel Simatipang bahwa Let. Kol Soeharto telah berhasil menduduki Yogyakarta. Setelah mendapat informasi dari PDRI bahwa RI masi ada maka Negara-negara di Asia memberikan dukungan moral bagi Indonesia. Hal tersebut dibuktikan dengan pada saat itu Sri Lanka menutup pelabuhan udaranya untuk Belanda.liga Arab di Kairo juga mendukung Indonesia dengan mengajukan masalah Indonesia ke dewan PBB dan Amerika menghentikan bantuan ekonominya untuk belanda.
Dalam Resolusi Delhi Belanda dituntut menarik tentaranya dari residen Yogyakarta. Dan setelah itu Indonesia dan Belanda mengadakan perundingan Roen Royen. Atas keputusan dari Roen Royen ini maka pemerintah Indonesia di bebaskan.
Pada tanggal 13 Juli 1949 ketua PDRI Syarifuddin Perwiranegara kmengembalikan mandatnya kepada Soekarno. Setelah KMB di Den Haag maka pada tanggal 27 Desember Belanda menyerahkan kedaulatan untuk Indonesia.
T. M Hasan juga berperan penting dalam Tambang Minyak Sumatera Utara (TMSU). Dimana T. M Hasan berusaha mengajukan kepada pemerintah agar tambang minyak di Tanjung Perak. TMSU awal tahun 1942 mambumihanguskan TMSU di Sumatera dengan 90% rusak parah dan kemudian diperbaiki Jepang dengan 1/10 telah diperbaiki. Namun setelah penyerangan sekutu pada perang Timur Raya TMSU hancur lagi. Dan setelah Indonesia merdeka TMSU diserahkan Jepang kapada pemerintah Indonesia.
TMSU adalah konsesi asing BPM. Maka setelah Indonesia merdeka T. M Hasan berusaha menasionalisasikan TMSU, namun mendapat tentangan dari berbagai pihak dengan alsan Indonesia belum mampu merenovasinya.
Pada saat cabinet pertama Indonesia yang dipimpin oleh PM Natsir, oertambangan minyak Indonesia mengalami kemunduran. Demikian juga pada cabinet jedua yaitu Masyumi yang diketuai oleh Dr. Sukiman Wiryosanjoyo juga mengalami kemunduran. Cabinet ketiga pada masa PNi yang diketuai oleh PM Wilopo mengalami kemajuan dengan memberikan TMSU kepad BPM.


Diposting oleh dolung

0 komentar:

Visit the Site
MARVEL and SPIDER-MAN: TM & 2007 Marvel Characters, Inc. Motion Picture © 2007 Columbia Pictures Industries, Inc. All Rights Reserved. 2007 Sony Pictures Digital Inc. All rights reserved. blogger templates